Pesan Dalam Botol


Oleh: Terrik Matahari


(Untuk B, di YK)

Sampai sekarang, aku masih mendengarnya.
Walau samar, suara itu tak juga senyap.
Begitu kencang itu jantung selagi adrenalin merayap.

Lalu botol itu pecah dan api melahap udara.
Menyala serupa amarah.

Kita sama tahu, tidaklah roboh tembok terbakar.
Pun sepakat, tentu bukan itu persoalanya.
Lantaran api tetaplah api,
Ia adalah liyan peradaban. Dicinta dan dibenci.

Ya, aku masih bisa mendengarnya.
Gumammu menyumpahi sultan, saat menyumpalkan sobekan flanel dalam botol miras murahan.

Dalam ruangan yang berjejal serapah, dan bau bensin eceran yang menyengat.
Sudah siap katamu. Mari berangkat.

Api telah padam dan kau tak juga bungkam.

Bukan soal tembok yang tak juga roboh.
Apalagi jumlah jempol di poster seruan solidaritas.
Ini adalah pesan dalam botol, dan api adalah bahasanya.
Ini adalah kabar, tentang amarah yang terbakar.

Ya aku masih mendengarnya, suara degup jantung terpacu, sama seperti ciuman pertama yang penuh gairah.

Dan aku akan tetap mendengarnya,
Pesan yang kau sampaikan, lewat botol yang pecah.
Menyala serupa asmara.


Sumber gambar: https://www.radarjogja.co.id

You Might Also Like

0 comments